Ilustrasi Duduk Di Atas Bantal
Pengalaman Pribadi-Mungkin anda waktu kecil sering duduk di atas bantal dan selalu di marahi oleh orang tua, dengan alasan nanti bisulan. Kalau pernah, berarti anda sama dengan saya dong. Saya masih ingat dulu-dulu waktu saya sekitaran kelas 3 SD. Sedikit share pengalaman pribadi dah, heheheheeee. Waktu itu saya sering duduk di atas bantal. Karena duduk di atas bantal waktu kita masih kecil-kecil dulu, waktu masih imut-imut jabang remaja, ada ke seruan tersendiri bagi kita. Pas lagi asyik-asyiknya duduk di atas bantal sambil 'kuda-kudaan' (bukan kata-kata dewasa), saya langsung di marahi oleh nyokap alias mami alias mama alias ibu alias 'omak' alias 'mondek' alias....... cukup!!! Kita lanjutkan lagi.

"Hoi, Noven (memang namo asli a :D). Ang jangan duduak di ate bantal ga mua. Ang dek bisual beko. Pao ang bongkak-bongkak go." kami memang biasa bahasa kampung, asli Kuansing. Yang tidak tau artinya, cari di google maps :V, g' ah becanda, ini saya kasih bahasa Indonesia nya. "Hei, Noven (memang nama sebenarnya :D). Kamu jangan duduk di atas bantal ya. Nanti kamu kena bisulan, loh. Pahamu bengkak-bengkak.". Kurang lebih begitu bahasa Indonesia nya. Maaf ya kalau g' nyambung. Maklum, nilai bahasa Indonesia saya dulu 8. Wuuuuiih jago nya. Lah orang lain dapat 70, 80, 85. :'( . Tapi saya tidak menghiraukan perkataan ibu. "Ahh. Masa iya bisa bisulan karena bantal.".

Lima hari kemudian, mendadak timbul benjolan berwarna merah serta rasa nyeri di sertai rasa gatal di sekitar benjolan yang berada pada (maaf) pan*at saya. Secara gitu, saya langsung panik. Lantas saya berteriak-teriak memanggil ibu. "Mondek. Abek bintal di pao ambo ga ndek? Iko ga yang bisual nye mondek malam ga e?".(Ibu. Kenapa ada bentol di paha saya ini? Apa ini yang bisulan seperti kata ibu semalam?). Ibu langsung memeriksa bejolan tersebut. "Iyo ma. Ko ga bisual. Mua lah poi barubek awak ka dukun kampung du."(Iya tuh. Ini nih yang namanya bisul. Ayo lah kita berobat pada dukun kampung).

Sambil membawa kapur sirih, sirih, madu, Lasegar, serta kunyik bolai untuk bahan-bahan pengobatan, saya dan ibu pergi ke rumah dukun kampung tersebut. Sesampainya di rumah dukun tersebut, bisul saya di obati. lalu saya bertanya pada dukun kampung tersebut, "Bisual ambo ga iyo dek duduak di ate bantal du po, Mak uwo?'.(Bisul saya ini apa karena duduk di atas abntal tuh, Bu?). Mendengar pertanyaan saya, dukun kampung tersebut langsung tertawa kayak kuntilibu (kuntilanak maksudnya). "Hahahaaaa. Sebenarnya tidak ada hubungan antara duduk di atas bantal dengan penyebab bisul. Menurut kesehatan, bisul disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus pada akar di rambut kulit. Infeksi ini menyebabkan nanah pada kulit yang kotor tersebut yang mengandung banyak kuman dan virus yang menyebabkan kuman. Bisul ini bisa menular loh."

Setelah mendengar penjelasan dukun kampung yang pernah belajar di kodekteran tersebut, saya hanya senyum-senyum malu kambing. Mungkin pipi saya waktu itu sudah merah-putih kayak bendera kita. Saya melirik pada ibu. Ibu juga senyum-senyum asin pada saya. Duuuuh ibu. Terus saya tanyakan pada ibu, "Abek ndak buliah dek mondek ambo duduak di ate bantal du?" (Kenapa ibu melarang saya duduk di atas bantal?). Ibu pun menjelaskan, "Mondek ma ajarkan ang sopan santun. Duduak di ate bantal du ndak lomak di tengok urang da ma." (Ibu mengajarkan kamu untuk selalu sopan santun. Karena duduk di atas bantal itu tidak sopan.). Aku pun hanya tersenyum. Sekarang aku baru menyadari ternyata duduk di atas bantal merupakan ciri kecil kita bahwa kita tidak sopan. Sekian sharing pengalam pribadi saya. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, saya minta maaf. Lope Kobek Dek Ba Ungkai, Lope Utang Dek Ba Bayiar. G' nyambung peribahasa sama ceritanya. :D :V (Novendra/KabarKuansing)
Lebih baru Lebih lama