Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pacu Jalur Warisan Budaya Riau yang Mendunia

Sumber Foto: ist (kabar kuansing)
Kuantan Singingi, Riau – Setiap tahun, Sungai Batang Kuantan di Kabupaten Kuantan Singingi menjadi saksi dari sebuah tradisi yang bukan hanya memacu adrenalin, tapi juga menggugah rasa bangga akan warisan budaya dari Pacu Jalur. Perlombaan dayung tradisional ini tak sekadar menjadi ajang kompetisi, tetapi juga simbol kekuatan, kekompakan, dan identitas masyarakat Riau.

Pacu jalur merupakan lomba perahu tradisional khas Rantau Kuantan atau Kuantan Singingi, Perahunya unik—dibuat dari kayu gelondongan utuh yang dipahat membentuk perahu panjang nan ramping, bisa mencapai panjang lebih dari 25 meter dan ditumpangi puluhan pendayung.

Event ini bukanlah sekadar hiburan rakyat. Festival Pacu Jalur, yang diselenggarakan setiap tahun di Teluk Kuantan, ibu kota Kuantan Singingi, telah menjadi perhelatan budaya terbesar dan paling dinantikan oleh masyarakat setempat. Lebih dari sekadar tontonan, festival ini menjelma sebagai pesta rakyat yang menggabungkan unsur budaya, pariwisata, dan olahraga dalam satu kemasan.

Pengakuan terhadap nilai budaya Pacu Jalur tidak hanya datang dari masyarakat lokal. Sejak 2014, tradisi ini telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Nasional. Pengakuan ini sekaligus menjadi bukti bahwa Pacu Jalur bukan sekadar olahraga, melainkan warisan pengetahuan, kearifan lokal, dan kesadaran biosentrisme yang telah hidup selama berabad-abad.

Tak hanya digelar sebagai ajang lokal, Festival Pacu Jalur kini mendapat sorotan nasional dan bahkan internasional. Pemerintah terus mendorong promosi festival ini, menjadikannya salah satu daya tarik wisata budaya unggulan di Indonesia. Lebih menarik lagi, tim-tim terbaik dalam Pacu Jalur berkesempatan untuk melangkah ke ajang balap perahu internasional, membawa nama Indonesia ke kancah dunia.

Dengan semangat kolektif dan jiwa kompetisi yang membara, Pacu Jalur terus mengalir bersama derasnya arus Sungai Kuantan—mengukir jejak budaya yang tak lekang oleh waktu. ***