"Ikan Kopiek Indak Batulang" Kuliner Khas Kampar yang Menggugah Selera
Sumber Foto: ist / Kabar Kuansing |
KAMPAR, RIAU — Di balik derasnya arus Sungai Kampar, tersimpan kekayaan rasa yang tidak kalah menggoda dari potensi alamnya. Salah satu yang mencuri perhatian para penjelajah kuliner adalah ikan kopiek (Ikan Kapiek), ikan air tawar mungil yang kini naik kelas menjadi ikon gastronomi lokal melalui olahan uniknya: ikan bakar kopiek "ndak batulang".
Sekilas, bentuk ikan ini memang biasa saja. Namun, setelah melewati tangan para juru masak berpengalaman, ikan kopiek berubah menjadi hidangan luar biasa: empuk, lezat, tanpa duri, dan penuh bumbu yang meresap sempurna. Tak heran, menu ini kini menjadi buruan para penikmat kuliner tradisional.
“Ikan ini harus segar, itu kunci utamanya. Lalu dibelah tipis-tipis sebelum dibakar agar durinya hancur sendiri di atas bara kayu,” jelas Pak Abdul, pemilik warung legendaris di Pulau Jambu, Bangkinang Barat, yang telah menyajikan ikan bakar kopiek selama puluhan tahun, (13/5/2025).
Proses memasaknya pun tidak main-main. Ikan dipanggang sekitar 10 menit di atas bara kayu pilihan, hingga seluruh durinya lunak dan seolah-olah “hilang”. Karena itu disebut “ndak batulang” — bukan benar-benar tanpa tulang, melainkan karena duri-duri kecilnya meluruh dalam proses pemanggangan.
Dari Kerajaan Hingga Meja Makan Rakyat
Ikan kopiek bukan sembarang ikan. Endemik Sungai Kampar, spesies ini hanya bisa ditemukan di perairan tertentu seperti daerah Kuok dan sekitar PLTA XIII Koto Kampar. Konon, dulu ikan ini hanya disajikan untuk para bangsawan Kerajaan Kampar. Kini, siapa pun bisa menikmatinya, meski tetap sulit dicari karena kelangkaannya.
Salah satu pengunjung warung Pak Abdul, Herlina Basri, mengaku ketagihan.
“Mirip ikan mas, tapi teksturnya lebih kenyal dan rasanya jauh lebih gurih. Lebih enak dari nila,” ujarnya antusias.
Menu Lokal, Warisan Global
Keunikan rasa dan teknik memasaknya membuat ikan bakar kopiek layak disebut sebagai warisan kuliner yang patut dijaga. Tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga representasi budaya, sejarah, dan identitas masyarakat Kampar.
Dengan sedikit sentuhan promosi dan pelestarian, ikan kopiek berpotensi menjadi bintang kuliner Riau yang mampu bersaing di panggung nasional bahkan internasional. Tapi tentu, semua harus dimulai dari satu langkah sederhana: mencicipinya langsung di tempat asalnya.
Jadi, jika Anda berkunjung ke Riau, jangan lupa mampir ke Bangkinang dan rasakan sendiri kelezatan ikan kopiek “ndak batulang”. Siapa tahu, Anda akan pulang membawa lebih dari sekadar kenangan—tapi juga kecintaan baru pada kuliner lokal.***