Mengenal Penari Cilik di Atas Jalur, Tradisi Unik dalam Pacu Perahu Kuansing
![]() |
Foto: kemenparekraf |
KUANTAN SINGINGI – Dalam setiap pelaksanaan Pacu Jalur, tradisi balap perahu khas Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, ada satu sosok yang selalu mencuri perhatian penonton: penari cilik di ujung jalur. Anak-anak ini bukan sekadar pelengkap, tapi bagian penting dari budaya Pacu Jalur yang sarat makna dan visual atraktif.
Penari cilik yang berdiri di ujung depan perahu ini dikenal dengan sebutan Anak Coki. Mereka tampil dengan gerakan lincah dan penuh ekspresi, mengikuti irama dayung dan semangat timnya. Tidak jarang, aksi mereka menjadi viral di media sosial, bahkan dijadikan tren parodi karena gayanya yang unik dan menghibur.
Dalam tradisi Pacu Jalur, "jalur" berarti perahu panjang yang digerakkan puluhan atlet mendayung menyusuri Sungai Kuantan. Namun, yang membuat pertunjukan ini berbeda dari lomba perahu lainnya adalah komposisi orang di atas jalur. Tiga peran utama di dalam satu jalur meliputi:
Anak Coki, sebagai penari di posisi paling depan,
Timbo Ruang, yang berdiri di tengah sebagai komando atau pengatur ritme dayung,
dan Tukang Onjai, yang bertugas di bagian belakang untuk mendorong serta mengatur kestabilan jalur.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, kehadiran anak-anak penari sempat menghilang dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kini peran mereka dihidupkan kembali sebagai bentuk pelestarian budaya. “Tahun ini, semua jalur wajib menyertakan tiga unsur penting itu. Ini bukan sekadar lomba, tapi pertunjukan budaya,” ujarnya.
Pemilihan anak-anak sebagai penari di ujung perahu bukan tanpa alasan. Dengan bobot tubuh yang ringan, mereka tidak memengaruhi keseimbangan perahu dan dapat lebih mudah bergerak. Gerakan tari pun menjadi penanda semangat dan kemenangan, terutama saat jalur unggul di lintasan. Biasanya, jika masih imbang, penari hanya berayun perlahan. Namun jika menang, mereka menari penuh semangat hingga sujud syukur di ujung perahu.
Salah satu Anak Coki yang populer adalah Rizal (12), bocah asal Kuansing yang sempat viral karena tariannya yang enerjik dan percaya diri. “Saya belajar joget dari nonton video. Enggak takut jatuh, karena sudah bisa berenang,” ujarnya sambil tersenyum. Baginya, menjadi penari di jalur bukan hanya soal terkenal, tapi juga kebanggaan ikut melestarikan tradisi kampungnya.
Keberadaan penari cilik di atas jalur kini menjadi simbol warisan budaya yang hidup, bukan hanya disaksikan secara langsung, tetapi juga menyebar luas di media sosial. Aksi mereka menyampaikan pesan bahwa Pacu Jalur adalah milik bersama, warisan leluhur yang patut dijaga dan dibanggakan oleh generasi muda.***